tentang proses-proses di alam semesta dan atom-atom yang terjadi
"Kabut alam semesta" itu sendiripun terdiri dari segala materi lahiriah-nyata-fisik penyusun seluruh alam semesta ini, dalam bentuk 'uap' dari unsur atomnya('terkecil'). Atom juga termasuk bentuk setiap materi benda dalam keadaannya yang paling panasnya. Dan seluruh Atom di alam semesta ini bercampur baur, bertumbukan dan bergerak dengan amat sangat bebas dan cepat ke segala arah, akibat dari adanya "energi awal alam semesta" yang amat sangat panas tersebut.
Tentu saja setiap Atom itupun tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi jika telah bercampur dalam jumlah yang amat sangat banyak seperti di atas, maka bentuknya akan berupa 'kabut atau asap'. Sedang jika dilihat dari dekat, asap atau kabut itupun tetap tidak terlihat mata telanjang. Secara sederhananya, "kabut alam semesta itu adalah kabut dari atom-atom gas hidrogen yang sedang terbakar".
Hal inilah yang dimaksud dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 30 di atas, tentang "masih bersatu-padunya langit dan Bumi" pada saat awal penciptaan alam semesta ini, karena Bumi, beserta segala benda langit lainnya (bintang, planet, meteor, dll) memang masih melebur dan menyatu dalam 'suatu kabut' (atau sama-sekali belum berwujud).
Segala zat ciptaan-Nya di seluruh alam semesta ini (benda mati dan makhluk hidup, nyata dan gaib) pasti berasal dari suatu ketiadaan, lalu diciptakan oleh Allah, Yang Maha pencipta dan Maha kuasa
Selain akibat dari "energi awal alam semesta", yang 'pertama kali' diciptakan-Nya itu. Sinar atau panas di alam semesta itu sendiri, juga timbul 'setelahnya', dari tak-terhitung jumlah ledakan yang terus-menerus terjadi hampir secara bersamaan dan luas, sebagai hasil dari gaya gravitasi dan hasil reaksi-reaksi tumbukan berantai antar materi-atom (reaksi fusi nuklir), sampai sekitar saat terbentuknya atom-atom penyusun inti-pusat segala benda langit, sejalan dengan mendinginnya suhu alam semesta. Berdasar teori ilmu-pengetahuan modern, tentang ada terjadinya ledakan yang amat sangat besar pada awal penciptaan alam semesta, terkenal disebut sebagai teori "big bang" (ledakan atau dentuman besar).
bahwa ledakan besar itu bukan terjadi pada sesuatu titik tertentu (satu ledakan saja), seperti halnya yang dikemukakan melalui teori "big bang" itu. Tetapi justru terjadi berupa sejumlah tak-terhitung ledakan di seluruh alam semesta ini, dan berupa ledakan suatu "gas, uap atau kabut alam semesta" atau sederhananya ledakan suatu kabut gas Hidrogen.
Sedang pada teori "big bang" itu berupa ledakan suatu "benda padat yang amat sangat besar", yang terdiri dari seluruh materi di alam semesta. Ada pula dugaan lain bagi teori "big bang", berbentuk berupa ledakan dari suatu "titik kosong", yang lalu tercipta sekaligus seluruh materi di alam semesta.
Hanya adanya 'satu ledakan' menurut teori "big bang", karena ada ditemukan fakta, bahwa alam semesta terus-menerus berkembang luasnya (atau galaksi-galaksi diketahui jaraknya saling menjauh). Hal inilah yang bisa menimbulkan anggapan, bahwa seluruh alam semesta hanya berasal dari 'satu titik' saja (titik pusat ledakan itu sendiri), lalu meluas ke segala arah.
Namun anggapan itu masih mengandung 'kelemahan', karena saling bergerak menjauhnya antar galaksi-galaksi itu juga bisa terjadi dengan makin berkurangnya energi pada tiap pusat-pusat benda langit (misalnya: bintang, pusat galaksi dan 'pusat alam semesta'), akibat pancaran energi yang terus-menerus dari tiap pusat benda langit ke daerah sekelilingnya, dan tentunya ukurannyapun pasti terus-menerus ikut berkurang. Sekaligus gaya gravitasi dari pusat-pusat benda langit itupun berkurang pula, akhirnya seluruh benda langit secara perlahan-lahan makin menjauh jaraknya, dari pusatnya masing-masing.
Pada dasarnya tiap ledakan pada 'kabut alam semesta' di atas, seperti suatu ledakan nuklir dan hidrogen, yang biasa terjadi dari hasil reaksi thermo-fusi nuklir pada bom buatan manusia, atau seperti yang terjadi secara alamiah sampai saat ini pada bintang-bintang (seperti Matahari). Namun tentunya, dengan sesuatu skala ledakan yang tak-terhitung kali lipat besarnya, juga karena justru terjadi di seluruh alam semesta ini (bukan hanya satu titik ledakan saja, seperti disebut pada teori "big bang").
Bahkan sampai saat ini terus-menerus terjadi ledakan nuklir di permukaan Matahari. Pancaran energi panas radiasi sinar Matahari itu juga mencapai Bumi, yang selalu bisa dirasakan kehangatannya tiap harinya oleh tiap manusia, dan sekaligus pula sebagai sumber energi paling utama bagi seluruh kehidupan makhluk hidup di Bumi.
sifat pembeda' pada tiap zat ciptaan-Nya, adalah segala hal yang bisa menunjukkan ciri khas ataupun karakteristik internal yang melekat, dan bisa membedakannya dari jenis zat ciptaan-Nya lainnya, yaitu ketika zat itu dalam keadaan 'statis' (tidak bergerak, diam atau tidak berubah keadaannya). Dalam hal ini tentunya, manusialah yang bertindak sebagai penilai atau pengamat, atas sifat-sifat zat ini.
Sedang 'sifat proses' pada tiap zat ciptaan-Nya, adalah segala hal yang bisa menunjukkan ciri khas prosesnya, dalam 'berinteraksi' dengan zat-zat ciptaan-Nya lainnya (yang sejenis ataupun berlainan), maupun segala proses internal pada tiap zat ciptaan-Nya itu sendiri. Sifat proses ini juga bisa diamati oleh tiap manusia (dengan alat-alat indera lahiriah dan batiniahnya), pada saat sesuatu zat dalam keadaan 'dinamis' (bergerak, berbuat sesuatu, atau berubah-ubah keadaannya).
Dan bagian yang amat penting dari Fitrah Allah, Yang Maha Penyayang dalam penciptaan alam semesta ini, adalah pengajaran dan tuntunan-Nya bagi tiap umat manusia, agar tidak seorang manusiapun yang berjalan di muka Bumi ini (sebagai khalifah-Nya), tanpa disertai pula dengan sesuatu pengajaran dan tuntunan-Nya (atau tanpa disertai sesuatu 'cahaya penerang' dalam perjalanannya).
Maupun agar tidak seorang manusiapun yang berjalan di muka Bumi ini, hanya bermodalkan 'akal' dan 'nafsu'-nya semata (masing-masing sebagai sarana ilmu-pengetahuan-kecerdasan untuk memilih, dan sarana daya-semangat-keinginan untuk berkembang). Dan apalagi tidak semua manusia sangat pandai dalam memanfaatkan akalnya, dan juga mengendalikan nafsunya.
Sifat-sifat 'statis dan dinamis' pada tiap zat ciptaan-Nya, serta segala ketetapan atau ketentuan-Nya (terutama sunatullah atau aturan-Nya), pada dasarnya bisa dimasukkan pula ke dalam kelompok 'benda mati gaib' (segala ciptaan-Nya yang berupa 'non-zat').
Namun karena kelompok 'benda mati gaib' itupun relatif amat banyak dan luas cakupan topiknya, kelompok 'benda mati gaib' ini lebih difokuskan pada segala 'sarana batiniah' yang terdapat pada zat ruh makhluk-Nya. Sehingga sifat segala zat ciptaan-Nya (statis dan dinamis, internal dan eksternal, mutlak dan relatif, kekal dan fana, dsb), sengaja dibahas terpisah pada topik lainnya (topik "Sifat-sifat ciptaan-Nya"), dan bukan pada topik "Benda mati gaib".
Dengan sendirinya aturan-Nya (sunatullah, Sunnah Allah atau sifat proses-dinamis-perbuatan pada zat Allah di alam semesta), juga dibahas pada topik "Sifat-sifat ciptaan-Nya", karena tiap perbuatan Allah di alam semesta, memang hanya bisa tampak terwujud melalui segala zat ciptaan-Nya dan segala kejadiannya.
Ringkasnya, pada segala zat ciptaan-Nya terdapat segala sifat proses yang bersifat 'mutlak' dan 'relatif'. Dan sifat-sifat proses yang 'mutlak' dan 'kekal' pada zat-zat ciptaan-Nya justru merupakan hasil dari perbuatan Allah. Sedang sifat-sifat proses yang 'relatif' dan 'fana' pada zat-zat ciptaan-Nya merupakan hasil dari perbuatan zat makhluk-Nya (tiap benda mati tidak memiliki sifat-sifat prosesnya sendiri).
Hal inilah maksud kandungan isi Al-Qur'an, bahwa segala zat ciptaan-Nya (benda mati ataupun makhluk hidup), pasti tunduk, patuh dan taat kepada 'aturan-Nya' (sunatullah), karena sunatullah memang berlaku 'mutlak' (pasti terjadi) dan 'kekal' (pasti konsisten) terhadap segala zat ciptaan-Nya, serta 'aturan-Nya' (sunatullah) memang justru bersifat 'memaksa'.
Juga segala 'benda mati' pasti tunduk, patuh dan taat kepada segala 'perintah-Nya', karena 'benda mati' memang tidak memiliki kebebasan di dalam berkehendak dan berbuat, seperti halnya manusia (dengan akal dan nafsunya). Maka manusia bisa bebas untuk tunduk, patuh dan taat kepada segala 'perintah-Nya' ataupun tidak. Dan segala 'perintah atau anjuran-Nya' (melalui segala pengajaran dan tuntunan-Nya), memang bersifat 'tidak memaksa'. Walau pasti ada pula segala konsekuensi atau balasan-Nya bagi tiap manusia yang mau mengikuti 'perintah-Nya' ataupun yang tidak.
Alam semesta ini pada saat awal penciptaannya hanya berupa sesuatu 'asap atau kabut' yang meliputi keseluruhan alam semesta ini, yang amat sangat panas (jutaan ataupun milyaran derajat Celcius), dan bersinar amat sangat putih dan terang. Serupa halnya dengan sinar dari matahari yang amat menyilaukan itu, dan juga bisa membutakan mata manusia, jika terlalu lama melihatnya. Namun sinar dari "kabut alam semesta" itu tak-terhitung kali lipat jauh lebih terang daripada sinar matahari, karena justru meliputi keseluruhan alam semesta, sedangkan matahari hanya tampak seperti suatu bola kecil saja.
Beberapa keadaan pada awal penciptaan alam semesta di atas diakui memang sengaja ditambahkan, karena tidak disebut dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 30 . ayat ini pada intinya hanya menyatakan, "bumi dan langit pada saat awalnya bersatu padu, berupa asap". Sedangkan keadaan yang amat sangat panas, putih dan terang itu berdasar teori, bahwa alam semesta pada saat awalnya tidak memiliki energi, ataupun berdasar teori dalam ilmu-pengetahuan modern, "bahwa energi bersifat kekal, tetapi energi bisa diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya", sehingga mestinya ada sesuatu energi paling awal, bagi berjalannya seluruh alam semesta dan segala isinya.
Maka diciptakan-Nya pula sesuatu yang disebut "energi awal alam semesta", yang amat sangat panas, putih dan terang itu, sehingga bisa dipakai sampai akhir zaman oleh segala jenis zat makhluk-Nya, untuk bisa hidup dan beraktifitas. Bahkan sesuai dengan teori ilmu-pengetahuan modern saat ini, bahwa dari energi justru bisa terbentuk berbagai jenis Atom, dari berbagai jenis atom yang lebih sederhana, sampai dari materi-benda yang 'terkecil'. Sedang Atom yang paling sederhana adalah atom gas Hidrogen.